Dari Ikrimah ra yang berkata, "Ummu Habibah menderita istihadhah, sedang suaminya tetap menyetubuhinya." (HR Abu Dawud)
Hadis di atas menunjukkan tentang bolehnya bersetubuh dengan wanita mustahadhah, sekalipun darah masih mengalir. Demikian pendapat jumhur ulama, yang diriwayatkan pula oleh Ibn al-Munzhir dari Ibnu Abbas, Ibn al-Musayyib, Hasan al-Bashri, 'Atha', Sa'id bin Jabir, dan lain-lain.
Akan tetapi ada juga yang mengharamkan perbuatan tersebut di atas, berdasarkan riwayat al-Khallal dengan sanad sampai ke 'Aisyah ra di mana beliau berkata, "Wanita mustahadhah tidak boleh disetubuhi oleh suaminya."
Mereka memandang, karena dalam darah mustahadhah itu terdapat penyakit, maka haram pula menyetubuhi wanita mustahadhah sebagaimana halnya wanita haid. Bukankah larangan Allah terhadap persetubuhan di waktu haid itu dikarenakan darah haid itu mengandung penyakit? Sedangkan penyakit itu juga terkandung di dalam darah istihadhah. Maka dapat ditetapkan bahwa wanita mustahadhah pun haram disetubuhi.